Minggu, 19 Oktober 2025
Suasana Minggu pagi di kompleks Gereja Hati Kudus Yesus (HKY) Tasikmalaya tampak berbeda dari biasanya. Sie. Kesehatan Paroki HKY menggelar Seminar Kesehatan bertema “Sehat Sejak Muda, Tetap Bugar di Usia Lanjut”, bekerja sama dengan Rumah Sakit Santo Borromeus, Bandung. Kegiatan diawali dengan serangkaian pemeriksaan kesehatan gratis, antara lain; (1) pemeriksaan tekanan darah, untuk memantau kesehatan jantung dan pembuluh darah serta mendeteksi risiko hipertensi maupun hipotensi, (2) pemeriksaan gula darah, guna mengukur kadar glukosa dan mencegah komplikasi penyakit diabetes, (3) pemeriksaan komposisi tubuh, yang meliputi pengukuran lemak, otot, tulang, dan air tubuh untuk menilai kesehatan secara menyeluruh. Sejak pukul 10.00 WIB, peserta mulai berdatangan dan melakukan registrasi di meja panitia. Setelah itu, mereka diarahkan menuju ruang pemeriksaan di aula bawah gereja. Peserta dapat memilih jenis pemeriksaan sesuai kebutuhan, atau mengikuti seluruh rangkaian yang tersedia. Usai pemeriksaan, peserta disambut dengan jamuan makan siang ringan sebelum sesi seminar dimulai. Kegiatan ini dihadiri lebih dari 150 peserta, termasuk sekitar 50 anggota aktif Paguyuban Lansia Santa Monica yang turut berpartisipasi dengan antusias. Acara resmi dibuka oleh pembawa acara, dilanjutkan dengan doa pembukaan yang dipimpin oleh suster Editha, dan sambutan dari pastor paroki, romo Hario.
Dalam pesannya, romo Hario menekankan pentingnya menjaga kesehatan secara menyeluruh—khususnya tulang dan saraf—serta mengajak umat untuk aktif melakukan pemeriksaan kesehatan sejak dini. Moderator seminar, dr. Lucia Christianti, memperkenalkan dua narasumber utama: Dr. dr. Andre Yanuar, SpOT SubSp.PL (K), M.Med dengan materi “Lansia Aktif, Bebas Nyeri Sendi.” dr. Gamaliel Wibowo Soetanto, SpN, FINA dengan materi “Act Now, Don’t Wait for a Rupture.”
Kesehatan Tulang dan Sendi: Pencegahan Sejak Dini
Dalam pemaparannya, dr. Andre Yanuar menjelaskan pentingnya menjaga kesehatan tulang agar tetap kuat dan berfungsi optimal di usia lanjut. Dua penyakit yang umum menyerang tulang dan sendi adalah osteoporosis dan osteoarthritis. Osteoporosis menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah akibat berkurangnya kepadatan tulang. Osteoarthritis merupakan penyakit sendi kronis akibat kerusakan tulang rawan, yang menimbulkan nyeri, kaku, dan pembengkakan. Menurut dr. Andre, sekitar 70% populasi berisiko mengalami osteoporosis, dan sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala hingga terjadi patah tulang. Karena itu, deteksi dini menjadi langkah penting dalam pencegahan komplikasi serius. Ia menekankan bahwa pola hidup sehat sejak muda adalah kunci utama, antara lain dengan; (1) mengonsumsi kalsium dan vitamin D secukupnya, (2) berolahraga teratur sesuai kemampuan, (3) menghindari rokok dan alkohol, (4) serta menjaga berat badan ideal dan pola makan seimbang. Sementara untuk osteoarthritis, pengobatan terbagi menjadi dua, yakni bedah dan non-bedah. Tindakan bedah seperti arthroplasty (penggantian sendi) dan osteotomy dilakukan pada kasus berat (grade 4). Adapun pengobatan non-bedah meliputi fisioterapi, modifikasi gaya hidup, penggunaan obat pereda nyeri, terapi suntik (kortikosteroid, PRP), hingga terapi regeneratif modern dengan stem cell.
Waspadai Aneurisma, "Silent Killer" yang Sering Tak Disadari
Narasumber kedua, dr. Gamaliel Wibowo Soetanto, memaparkan edukasi tentang aneurisma, yakni pelebaran abnormal pada dinding pembuluh darah akibat melemahnya struktur dinding tersebut. Kondisi ini sering disalahartikan sebagai stroke karena gejalanya serupa. Ia menjelaskan bahwa 80% kasus stroke disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah, sementara 20% lainnya akibat pecahnya pembuluh darah, yang sebagian besar disebabkan oleh aneurisma yang tidak terdeteksi. Aneurisma sering kali tidak menimbulkan gejala pada 50–80% penderitanya. Namun, dari kasus tanpa gejala itu, sekitar separuh berakhir fatal. Hanya sepertiga pasien yang dapat pulih sepenuhnya. Upaya pencegahan aneurisma meliputi; (1) menjaga tekanan darah tetap stabil, (2) berhenti merokok, (3) menjaga kadar kolesterol, (4) menerapkan pola makan bergizi, (5) mengelola stres, dan (6) melakukan pemeriksaan rutin, terutama bagi yang memiliki riwayat keluarga dengan aneurisma.
Gejala umum aneurisma yang pecah meliputi sakit kepala hebat mendadak, mual, muntah, kaku leher, pandangan ganda, kejang, hingga penurunan kesadaran. Dr. Gamaliel menambahkan bahwa Tasikmalaya saat ini belum memiliki fasilitas pemeriksaan aneurisma secara komprehensif, meskipun alat pendukung tersedia di RSUD dr. Soekardjo. Keterbatasan tenaga medis spesialis menjadi kendala utama.
Antusiasme Peserta dan Harapan ke Depan
Sesi tanya jawab berlangsung interaktif. Para peserta memanfaatkan kesempatan untuk berkonsultasi langsung dengan narasumber mengenai keluhan kesehatan yang mereka alami. Panitia juga menyiapkan hadiah doorprize dan voucher kesehatan bagi peserta yang beruntung, menambah semarak suasana kegiatan.
Sebagai penutup, romo Hario menyerahkan kenang-kenangan kepada para pembicara, disusul doa penutup oleh Suster Avelia. Setelah acara resmi berakhir, kegiatan pemeriksaan kesehatan sesi kedua kembali dibuka di aula bawah. Melalui kegiatan ini, Paroki HKY Tasikmalaya berharap umat semakin sadar akan pentingnya menjaga kesehatan secara berkelanjutan, serta menjadikan gaya hidup sehat sebagai bagian dari iman yang hidup dan penuh syukur. Tetap sehat, tetap bugar, dan terus bersyukur. Tuhan memberkati.
Sumber: Paguyuban Lansia Santa Monica Tasikmalaya
(laman Facebook)